GURU IPS BELAJAR BLOG

Jumat, 09 April 2010

ZAMAN KOLONIALISME DI INDONESIA

A. KEDATANGAN BANGSA EROPA KE INDONESIA

1. Faktor –Faktor Pendorong bangsa Eropa Datang Ke Indonesia

Faktor-faktor yang mendorong bangsa-bangsa Eropa melakukan penjelajahan samudera menuju ke dunia Timur, termasuk Indonesia adalah sebagai berikut.
  1. Kisah perjalanan Marcopolo (1254-1324) seorang pedagang dari Venesia, Italia ke Cina yang dituangkan dalam buku Book of Various Experiences mengisahkan tentang keajaiban dunia atau Imago Mundi.
  2. Jatuhnya Konstantinopel, ibukota Romawi Timur ke tangan Kesultanan Turki pada tahun 1453 menyebabkan putusnya hubungan dagang ke dunia Timur. Bangsa Barat berusaha mencari jalan sendiri ke pusat rempah rempah di Asia.
  3. Adanya semangat penaklukan terhadap orang-orang yang beragama Islam serta membuat daerah-daerah kekuasaan yang dimiliki kerajaan-kerajaan Islam tersebut.
  4. Penemuan Coperticus yang didukung oleh Galileo Galilei yang menyatakan bahwa bumi itu bulat. Pendapat ini memperkuat keberanian para pelaut, karena orang yang berlayar ke dunia Timur tidak akan tersesat. Semakin ke Timur akan sampai ke tempat semula.
  5. Ingin memperoleh keuntungan dan kekayaan sebanyak banyaknya.
2. Kedatangan Bangsa Portugis ke Indonesia
Kedatangan bangsa Portugis ke Indonesia mempunyai tiga tujuan sebagai berikut.
  • Tujuan ekonomi, yaitu mencari keuntungan yang besar dari hasil perdagangan rempah-rempah. Membeli dengan harga murah di Maluku, dan menjualnya dengan harga tinggi di Eropa.
  • Tujuan agama, yaitu menyebarkan agama Nasrani.
  • Tujuan petualangan, yaitu mencari daerah jajahan.
Tujuan tersebut lebih dikenal dengan gold, glory, gospel.
  • Gold, yaitu mencari emas dan mencari kekayaan.
  • Glory, yaitu mencari keharuman nama, kejayaan, dan kekuasaan.
  • Gospel, yaitu tugas suci menyebarkan agama Kristen.
       Bangsa Portugis karena ingin mencapai tujuannya, segera melakukan serangkaian kegiatan penjelajahan. Di bawah pimpinan Alfonso d’Albuquerque, Ia bersama armadanya berhasil menguasai Malaka pada tahun 1511. Selanjutnya, pada tahun 1512 Portugis sudah berhasil menguasai Ternate, yaitu dengan mengadakan perjanjian dengan Kerajaan Ternate. Namun ternyata Spanyol sudah bersekutu dengan Kerajaan Tidore. Akhirnya mereka bermusuhan. Portugis dan Spanyol memang sama-sama ingin menguasai dunia. Mereka sudah dua kali membuat kesepakatan, yang pertama tahun 1494 dengan Perjanjian Thordesillas, dan yang kedua tahun 1526 dengan Perjanjian Saragosa. Perjanjian Saragosa yang dipimpin oleh Paus, membagi dunia dalam dua wilayah kekuasaan.
• Daerah di sebelah utara garis Saragosa adalah penguasaan Portugis.
• Daerah di sebelah selatan garis Saragosa adalah penguasaan Spanyol.
Dengan adanya kesepakatan tersebut, Spanyol tidak berhak menguasai Tidore, dan harus segera kembali ke Filipina. Selanjutnya Portugis leluasa menguasai Maluku yang kaya akan rempah-rempah. Setelah mendapat tempat dan berhasil menguasai Malaka dan Maluku, Portugis berusaha mendapat tempat lagi di Sumatera yang merupakan daerah penghasil lada terbesar. Namun usaha Portugis ini gagal, karena Kerajaan Aceh terlalu kuat dan pengawasan yang sangat ketat terhadap semua wilayah kekuasaannya.
Di Pulau Jawa, Portugis diterima dengan baik hanya di Pasuruan dan Blambangan saja, selebihnya di bawah pengaruh Demak yang tidak begitu senang terhadap Portugis. Di tempat lain di nusantara, Portugis hanya berhasil menetap di Timor saja.

3. Kedatangan Bangsa Spanyol di Indonesia
Tujuan kedatangan bangsa Spanyol ke Indonesia sama dengan tujuan bangsa Portugis, yaitu mencari kekayaan, menyebarkan agama Nasrani, dan mencari daerah jajahan. Pada tanggal 8 Nopember 1521, kapal dagang Spanyol berlabuh di Maluku, setelah melalui Filipina, Kalimantan Utara, kemudian langsung ke Tidore. Di sini bangsa Spanyol diterima baik oleh rakyat Tidore.

4. Kedatangan Bangsa Inggris di Indonesia
Inggris mendirikan kongsi dagang yang diberi nama East Indian Company (EIC) pada tahun 1600. Pemerintah Inggris memberikan hak-hak istimewa kepada EIC. Pada abad ke-18, para pedagang Inggris juga sudah banyak yang berdagang di Indonesia. Bahkan sejak Belanda menjadi sekutu Perancis, Inggris selalu mengancam kedudukan Belanda di Indonesia. Pada tahun 1811, Thomas Stamford Raffles telah berhasil merebut seluruh wilayah kekuasaan Belanda di Indonesia. Raflles yang diangkat sebagai pemimpin Inggris atas wilayah Indonesia, memberikan kesempatan pada penduduk Indonesia untuk melaksanakan perdagangan bebas. Namun, kekuasaan Inggris tetap bersifat menindas bangsa Indonesia
.
5. Kedatangan Bangsa Belanda di Indonesia.
Belanda datang pertama kali ke Indonesia pada tahun 1596, di bawah pimpinan Cornelis de Houtman, dan berhasil mendarat di Pelabuhan Banten. Namun kedatangan Belanda diusir penduduk pesisir Banten karena mereka bersikap kasar dan sombong. Belanda datang lagi ke Indonesia dipimpin Jacob van Heck pada tahun 1598. Pada tanggal 20 Maret tahun 1602, Belanda mendirikan kongsi dagang bernama VOC (Vereenigde Oost Indische Compagnie), dengan tujuan sebagai berikut.
  • Menghilangkan persaingan yang merugikan para pedagang Belanda.
  • Menyatukan tenaga untuk menghadapi persaingan dengan bangsa Portugis dan pedagang-pedagang lainnya di Indonesia.
  • Mencari keuntungan yang sebesar-besarnya untuk membiayai perang melawan Spanyol.
      VOC menerapkan beberapa aturan paksa yang harus dilaksanakan oleh Indonesia. Bentuk-bentuk aturan paksa VOC yang diterapkan di Indonesia tersebut sebagai berikut.
  1. Monopoli dagang.
  2. Pajak yang harus dibayar dengan hasil bumi.
  3. Penjualan paksa hasil bumi kepada VOC.
  4. Pelayaran Hongi, yaitu wajib mendayung perahu VOC di perairan Maluku.
  5. Aksi penebangan tanaman rempah-rempah milik rakyat.
  6. Wajib menanam kopi di wilayah rakyat Priangan.
  7. Wajib menyerahkan upeti berupa hasil bumi kepada kepala daerah yang telah menandatangani perjanjian dengan VOC.
B. PERKEMBAGAN MASYARAKAT, PEMERINTAHAN DAN KEBUDAYAAN PADA MASA KOLONIAL EROPA

1. Masa kolonial Portugis
Meskipun salah satu tujuan Portugis datang ke Indonesia adalah untuk mencari daerah jajahan, namun tujuan tersebut tidak dapat dikatakan berhasil. Portugis hanya dapat menguasai Ternate. Di Ternate bangsa Portugis berusaha merebut perdagangan cengkeh dan pala. Di daerah Maluku, Portugis berusaha menanamkan kekuasaannya. Namun hampir semua masyarakat menolak kehadirannya, karena sikap Portugis yang sombong. Dengan segala kekuasaannya, Portugis bertindak sewenang-wenang dan bertindak kejam terhadap rakyat. Akhirnya terjadi pertentangan antara rakyat Maluku dengan Portugis. Setelah rakyat sadar, mereka segera mengusir Portugis dari Maluku. Selama di Indonesia, Portugis pun gagal mempengaruhi Aceh. Selama zaman kolonial Portugis di Indonesia, Portugis meninggalkan bekas-bekasnya di dalam kebudayaan Indonesia. Kebudayaan rohani yang ditinggalkan berupa penyebaran agama Katolik di Ambon. Banyak masyarakat Ambon yang akhirnya memeluk agama Katolik. Ini terlihat dari nama-nama yang meniru nama-nama bangsa Portugis, seperti De Fretes, Lopies, dan Diaz. Bangsa Portugis juga meninggalkan benda-benda yang akhirnya dianggap keramat oleh bangsa Indonesia, seperti meriam-meriam yang terkenal dengan nama Nyai Setomi di Solo, Si Jagur di Jakarta, dan Ki Amuk di Banten.

2. Masa kolonial Spanyol
Sebagaimana bangsa Portugis, Spanyol hanya berhasil mempengaruhi Kerajaan Tidore saja. Itupun tidak lama, karena setelah masyarakat Ternate dan Tidore bersatu, Spanyol juga diusir dari Maluku. Perkembangan masyarakat, kebudayaan, maupun pemerintahan, sangat kecil pengaruhnya, karena masing masing kerajaan yang ada tetap berjalan sebagaimana biasanya, tanpa terpengaruh kedatangan Spanyol ke Indonesia. Terlebih karena adanya perbedaan agama, semakin membuat jarak di antara bangsa Indonesia dan Spanyol.

3. Masa kolonial Inggris
Monopoli dagang yang diprogramkan oleh EIC, tidak sempat berkembang di Indonesia, karena Inggris segera terdesak oleh Belanda dengan kongsi dagangnya VOC. Meskipun hal tersebut terjadi pada awal mula bangsa Eropa masuk ke Indonesia, namun beberapa ratus tahun kemudian, Inggris pernah menjajah Indonesia ketika zaman Belanda. Saat itu Inggris dibawah pimpinan Gubernur Jenderal Raffles. Perkembangan masyarakat pada masa Raffles lebih baik dibandingkan pada saat kepemimpinan Daendels, sebab Raffles sangat memperhatikan masyarakat. Daendels adalah Gubernur Jenderal Belanda atas wilayah Indonesia. Meskipun hanya beberapa tahun memerintah di Indonesia, namun nama Raffles telah diabadikan sebagai nama bunga, yaitu bunga Rafflesia Arnoldi. Tindakan yang dilakukan Raffles pada masa pemerintahannya adalah membagi daerah Jawa atas 16 daerah karesidenan, dengan tujuan mempermudah pemerintah melakukan pengawasan terhadap daerah-daerah yang dikuasainya. Di samping itu, Raffles juga membentuk susunan baru dalam pengadilan yang didasarkan pada pengadilan Inggris. Setelah Raffles selesai bertugas di Indonesia dan ditarik kembali ke Inggris, pemerintahan Indonesia kembali ke pangkuan penjajah Belanda.

4. Masa kolonial Belanda
Semenjak Belanda menginjakkan kakinya ke bumi Indonesia pada tahun 1596, kemudian mereka mendirikan kongsi dagang yang diberi nama VOC, berarti Indonesia sudah mulai dijajah oleh Belanda. Kepemimpinan VOC dipegang oleh dewan beranggotakan 17 orang yang berkedudukan di Amsterdam. Oleh pemerintah Belanda, VOC diberi oktroi (hak-hak istimewa) sebagai berikut.
a. Dianggap sebagai wakil pemerintah Belanda di Asia.
b. Monopoli perdagangan.
c. Mencetak dan mengedarkan uang sendiri.
d. Mengadakan perjanjian dan melakukan perang dengan negara lain.
e. Menjalankan kekuasaan kehakiman dan melakukan pemungutan pajak.
f. Memiliki angkatan perang sendiri. Mengadakan pemerintahan sendiri.

Untuk melaksanakan kekuasaannya di Indonesia, diangkatlah Gubernur Jenderal VOC antara lain sebagai berikut.
a. Pieter Both, yaitu Gubernur Jenderal VOC pertama yang memerintah tahun 1610-1619 di Ambon.
b. Jan Pieterzoon Coen, yaitu Gubernur Jenderal VOC kedua yang memindahkan pusat VOC dari Ambon ke Jayakarta (Batavia).
            Timbulnya masalah keuangan yang dialami Belanda, mendorong Belanda mengirim Johannes Van den Bosch ke Indonesia dengan tugas meningkatkan penerimaan negara. Van
den Bosch mengeluarkan peraturan tanam paksa (cultuur stelsel) di Indonesia untuk menambah penerimaan negaranya. Tanam paksa adalah peraturan yang mewajibkan setiap desa untuk menyisihkan sebagian tanahnya (20%) untuk ditanami komoditi ekspor, khususnya kopi, tebu, dan nila. Hasil tanaman ini akan dijual kepada pemerintah colonial dengan harga yang sudah dipastikan dan hasil panen diserahkan kepada pemerintah kolonial juga. Penduduk desa yang tidak memiliki tanah harus bekerja 75 hari dalam setahun (20%) pada kebun-kebun milik pemerintah yang menjadi semacam pajak.
           Sistem tanam paksa ini jauh lebih keras dan kejam dibanding sistem monopoli VOC. Aset tanam paksa inilah yang memberikan sumbangan besar bagi modal pada zaman keemasan kolonialis liberal Hindia Belanda pada tahun 1835 hingga 1940. Kerasnya sistem tanam paksa, akhirnya memunculkan politik etis atau politik balas budi. Politik etis adalah suatu pemikiran yang menyatakan bahwa pemerintah colonial memegang tanggung jawab moral bagi kesejahteraan pribumi. Pemikiran ini merupakan kritik terhadap politik tanam paksa. Munculnya kaum etis yang dipelopori oleh Pieter Brooshooft (wartawan Koran De Locomotief) dan Conrad Theodor Van Deventer (politikus) ternyata membuka mata pemerintah kolonial untuk lebih memperhatikan nasib para pribumi yang terbelakang. Ratu Wihelmina menuangkan panggilan moral tersebut ke dalam kebijakan politik etis, yang terangkum dalam program Trias Politika. Program Trias Politika meliputi
a. Irigasi, yaitu membangun dan memperbaiki pengairan dan bendunan untuk pertanian,
b. Emigrasi, yaitu mengajak penduduk untuk transmigrasi,
c. Edukasi, yaitu memperluas bidang pengajaran dan pendidikan.
         Dari ketiga program tersebut, hanya edukasi yang berarti bagi Indonesia. Dunia pendidikan dan pengajaran menjadi berkembang dengan berdirinya sekolah-sekolah, baik untuk kaum priyayi maupun rakyat biasa yang hamper merata di daerah-daerah. Perkembangan masyarakat selama penjajahan yang beratus-ratus tahun itu berlangsung secara statis, tidak ada perkembangan atau kemajuan. Masyarakat memang sengaja dibodohkan atau tidak diberi kesempatan untuk tidak bodoh, tidak miskin, dan tidak terbelakang. Dalam kehidupan yang serba tertekan, kehidupan masyarakat yang sangat ketinggalan dan jauh dari kehidupan layaknya manusia, menyebabkan tidak adanya perkembangan kebudayaan. Apa saja yang muncul senantiasa dibinasakan oleh penjajah Belanda. Terlebih masalah pemerintahan, begitu liciknya Belanda dalam mengabadikan pencengkeraman penjajahannya di Indonesia. Segala cara dilakukan, terutama dalam memecah belah persatuan dan kesatuan. Bangsa ini tercabik-cabik dan tidak mempunyai kesempatan untuk melepaskan diri dari
cengkeramannya. Namun setelah saatnya tiba dengan segala pengorbanan dan perjuangan, kesempatanpun datang, dan kita dapat menjadi bangsa yang merdeka.

C. PERLAWANAN BANGSA INDONESIA TERHADAP BANGSA EROPA 

1. Perlawanan terhadap Portugis
Upaya perlawanan pertama terhadap kehadiran Portugis dilakukan oleh para penguasa Aceh Sultan Mahmud, Pate Kadir, Alaudin tahun 1511–1537.
Penguasa Jepara dan Demak juga 1513 hingga 1575 seperti Adipati Unus juga melawan Portugis dengan menyerang pusat kedudukan mereka di Malaka.
Perlawanan terhadap Portugis juga dilakukan oleh penguasa lokal di Maluku. Pada tahun 1512, Alfonso de Albuquerque mengirim ekspedisi ke kawasan Maluku. Kesamaan kepentingan perdagangan menyebabkan kehadiran Portugis diterima dengan baik. Perlawanan baru dilakukan setelah Portugis mulai mencampuri urusan internal kerajaan dan terjadinya konflik agama.
Ternate, Tidore, Jilolo, dan Bacan adalah pusat-pusat penyebaran agama Islam, sementara itu Portugis mengembangkan agama Kristen. Perlawanan mulai dilakukan pada tahun 1530 setelah janda Sultan Bajangullah dan Taruwes bekerja sama untuk menumpas bangsa Portugis. Rakyat juga memberontak kepada Portugis pada tanggal 27 Mei 1531 dengan membunuh Panglima Portugis. Pada tahun 1534 Ayalo yang didukung rakyat juga melakukan pemberontakan terhadap Portugis di Ternate. Perlawanan juga dilakukan oleh Sultan Hairun dari Ternate. Rakyat marah setelah Sultan Hairun tewas dibunuh Portugis di dalam benteng Sao Paolo. Perjuangan kemudian dilanjutkan oleh Sultan Baabullah dengan merebut benteng Sao Paolo. Upaya Portugis untuk memadamkan perlawanan rakyat dilakukan dengan mengirim Galvao pada tahun 1536. Ayalo menderita luka parah sehingga para pemimpin lokal terpaksa berdamai dengan Portugis. Kristenisasi yang dilakukan Portugis pada tahun 1575 juga mendorong Baabullah untuk melawan.

2. Perlawanan terhadap Spanyol
Kedatangan bangsa Spanyol semula diterima dengan baik oleh para penguasa lokal, Sultan Almansur dari Maluku. Hal ini karena sultan merasa dikesampingkan oleh Portugis. Namun, kehadiran Spanyol diprotes oleh Portugis. Alasannya hal itu merupakan pelanggaran terhadap Perjanjian Tordesillas yang dibuat pada tahun 1494. Portugis dan Spanyol pun terlibat konflik dan peperangan. Salah satu benteng di Tidore yang dibangun Spanyol pada tahun 1527 diserang dan direbut Portugis. Konflik segitiga antara Portugis, Spanyol, dan Maluku pun pecah hingga beberapa tahun. Pada tahun 1529 Portugis dan Spanyol membuat Perjanjian Saragosa yang menyatakan bahwa Maluku menjadi wilayah perdagangan Portugis, sementara itu Spanyol mendapatkan Filipina.

3. Perlawanan terhadap VOC
Perlawanan terhadap VOC dilakukan di berbagai wilayah di Indonesia. Di Indonesia bagian timur seperti Maluku dan Makassar perlawanan dilakukan sejak tahun 1630–1800. Perlawanan dilakukan terhadap kepentingan VOC berlangsung sampai dengan meninggalnya Kakiali (tokoh penggerak perlawanan terhadap VOC di Hitu) pada tahun 1643.
VOC memanfaatkan La Tenritatta to ‘Unru atau Arung Palakka (1634–1696) untuk bisa menguasai Makassar. Meskipun penguasa Gowa memberikan otonomi yang luas pada daerah-daerah yang dikuasainya, hal itu tetap menimbulkan kebencian di kalangan daerah-daerah taklukan. Inilah yang mendasari Bugis mau menerima ajakan VOC untuk menghancurkan Makassar (Gowa). Sultan Hasanudin (1653–1669) akhirnya mengalami kekalahan pada tahun 1669, setelah digempur oleh pasukan VOC dengan sekutunya pasukan Bugis. Arung Palakka pun menjadi orang terkuat yang menguasai Sulawesi Selatan di bawah monopoli VOC.
Perlawanan terhadap VOC di Jawa dilakukan oleh Kerajaan Mataram. Selama pemerintahan Sultan Agung, awalnya memberikan keleluasaan pada VOC untuk berdagang. VOC diberi izin mendirikan loji di Jepara. Namun, Mataram kemudian menolak keberadaan VOC di Jawa. Upaya untuk melawan VOC di Batavia dilakukan Sultan Agung tahun 1628–1629, tetapi mengalami kegagalan. Hal yang sama dilakukan oleh Amangkurat I (1646–1677) sebagai pengganti Sultan Agung. Keberadaan VOC pun masih sangat dibatasi dan VOC bisa masuk ke wilayah Jawa dengan ditarik pajak. Bahkan pada tahun 1660 Amangkurat I menutup perdagangan dengan VOC karena VOC menyerang Palembang. VOC berhasil menguasai Jawa setelah Amangkurat II menjadi raja. Sejak saat itu, konflik berkepanjangan terjadi di antara sesama elite Mataram. VOC berhasil mencampuri kekuasaan hingga memecah Mataram menjadi empat kerajaan. Itulah beberapa contoh perlawanan rakyat kepada bangsa Eropa. Tentu masih banyak reaksi dan perlawanan yang dilakukan rakyat terhadap dominasi bangsa Eropa.

Rabu, 31 Maret 2010

MASUKNYA ISLAM KE INDONESIA


A. GOLONGAN PEMBAWA ISLAM KE INDONESIA

1. Islam Diperkenalkan oleh Bangsa Arab.
Sir John Crawford, seorang sejarawan Inggris berpendapat bahwa Islam sudah sampai ke Indonesia sejak abad VII. Teori ini didasarkan atas berita Cina dari zaman Dinasti Tang yang menceritakan adanya orang-orang Ta-shih (bangsa Cina menyebut bangsa Arab dengan sebutan Ta-shih) yang mengurungkan niatnya menyerang Kalingga.
Prof. Dr. Haji Abdul Malik Karim Amrullah (Hamka) berpendapat bahwa sejak abad pertama Hijriah, orang-orang Indonesia telah menggali ideologi Islam ke Mekah dan Mesir yang berintikan mazhab Syafi’i. Hal ini menunjukkan bahwa agama Islam diperkenalkan oleh bangsa Arab sendiri. Apakah alasan yang beliau ajukan?

2. Islam Datang dari Gujarat/India
Pendapat ini dikemukakan oleh Christian Snouck Hurgronje dari Belanda. Ia berpendapat bahwa bangsa yang menyebarkan agama Islam pertama-tama di Indonesia bukan dari Arab, melainkan dari Gujarat, India. Pendapat Snouck diperkuat oleh hasil penelitian kepurbakalaan J.P. Moquette mengenai nisan kubur dari Samudera Pasai yang memuat nama Sultan Malik as-Saleh yang berangka tahun 696 H (1297 M) dan diduga nisan tersebut diproduksi di Cambay-Gujarat.

3. Islam Datang dari Persia
Sejarawan terkemuka Prof. Dr. P.A. Hoessein Djajadiningrat berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia melalui Iran (Persia). Beliau memberi bukti dari ejaan dan tulisan Arab. Baris atas disebut Jabar, bawah disebut Ajer, dan depan disebut Pes. Dalam bahasa Arab ejaan itu disebut Fathah, Kasrah, dan Dhammah.

B. GOLONGAN PERTAMA  PENERIMA ISLAM DI INDONESIA
1. Para Pedagang
Para pedagang Nusantara tertarik terhadap Islam karena para pedagang muslim dapat menunjukkan sifat-sifat dan tingkah laku yang baik.
2. Para Bangsawan
Di antara pedagang Nusantara yang berhubungan dengan para pedagang muslim adalah penguasa daerahpantai, misalnya adipati atau punggawa kerajaan.
3. Masyarakat
Rakyat umumnya memandang pemimpin dan bangsawan sebagai contoh yang baik untuk diikuti. Dengan demikian, apabila seorang pemimpin atau bangsawan memeluk agama Islam maka rakyat akan mengikutinya.

C. CARA DAN SALURAN PENYEBARAN AGAMA ISLAM.
a. Perdagangan
Dalam hal ini penyebaran ajaran agama Islam dilakukan oleh pedagang Islam kepada pedagang-pedagang lain.
b. Perkawinan
Seorang penganut Islam menikah dengan seorang penganut agama lain sehingga pasangannya masuk Islam. Contohnya pedagang Islam dari Gujarat, Persia, dan Arab menetap di Indonesia dan menikahi wanita Indonesia.
c. Pendidikan
Pendidikan agama Islam dilakukan melalui lembaga pesantren (pondok pesantren),
d. Dakwah
Penyebaran agama Islam juga banyak dilakukan oleh para wali dan guru dakwah (mubalig). Contohnya penyebaran agama Islam di Pulau Jawa dilakukan oleh para wali, yang kemudian terkenal dengan sebutan Wali Sanga.
e. Akulturasi dan Asimilasi Kebudayaan.
Untuk mempermudah dan mempercepat perkembangan agama Islam, penyebaran agama Islam juga dilakukan melalui penggabungan unsur-unsur kebudayaan yang ada pada suatu daerah tertentu Misalnya penggunaan doa-doa Islam dalam upacara adat, seperti kelahiran, selapanan (peringatan bayi berusia 35 hari), perkawinan, seni wayang kulit, beberapa bangunan, ragam hias, dan kesusastraan.

D. PENYEBARAN ISLAM DI NUSANTARA.
Pengaruh agama dan kebudayaan Islam mulai menemukan bentuknya, ketika pada tahun 840 Masehi Perlak berdiri sebagai kerajaan Islam pertama di Indonesia bahkan di Asia Tenggara. Setelah Perlak, menyusul Kerajaan Samudera Pasai yang didirikan pada abad XIII oleh Marah Silu. Dari Samudera Pasai, agama Islam dibawa ke wilayah lain di Sumatra oleh Syah Baharuddin. Raden Rahmat dan Minak Kumala (raja Kerajaan Lampung) membawa Islam ke Sumatra Selatan. Raden Samudera atau Sultan Suryanullah membawa Islam ke Banjarmasin (Kalimantan Selatan), sementara yang ke Kalimantan Timur
dibawa oleh seorang Arab dari Malaka yang menikah dengan putri raja. Syekh Samsuddin membawa Islam ke Kalimantan Barat. Pembawa Islam ke wilayah Maluku, Ternate, dan Nusa Tenggara adalah Sunan Giri. Datuk ri Bandang membawa Islam ke Sulawesi. Fenomena menarik terjadi di Pulau Jawa. Penyebaran agama dan kebudayaan Islam di pulau ini dilakukan oleh sekelompok yang kelak dikenal Wali Sanga. Akan tetapi, ulama pertama yang datang dan menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa adalah Maulana Malik Ibrahim..
Berikut ini beberapa kelompok masyarakat Islam yang terbentuk pada masa perkembangan Islam di Nusantara.
a. Kelompok Masyarakat Arab
Salah satu fenomena yang muncul sebagai akibat dari interaksi bangsa Indonesia dengan bangsa-bangsa dari kawasan Asia Barat adalah terbentuknya koloni Arab di Indonesia.
Mereka sebagian besar berasal dari Hadramaut yaitu kawasan pantai Arab Selatan (sekarang daerah Yaman).
b. Kampung Pekojan
Pergaulan antara pedagang Gujarat dengan masyarakat Indonesia memunculkan sebuah perkampungan yang disebut pekojan. Hingga saat ini, beberapa kota di Indonesia di dalamnya terdapat Kampung Pekojan. Pekojan berasal dari kata koja yang artinya pedagang Gujarat.
c. Komunitas Muslim Cina di Nusantara
Awal kedatangan muslim Cina di Nusantara tidak dapat diketahui secara tepat. Sebagai agama, Islam masuk dan berkembang di negeri Cina melalui jalur perdagangan, dan masuk melalui ”jalan sutra” mulai abad VII.
Pada umumnya mereka datang ke Nusantara untuk meningkatkan taraf hidupnya. Jadi, bukan untuk menyampaikan Islam atau berdakwah. Mereka berasal dari Zhangzhou, Quanzhou, dan Guandong.
.
F. PERKEMBANGAN KERAJAAN ISLAM DI INDONESIA.
a. Perlak
Menurut pendapat Prof. Ali Hasymy dalam sebuah makalahnya yang berjudul Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Aceh diperoleh keterangan bahwa kerajaan Islam pertama di Indonesia adalah Kerajaan Perlak (Peureula) yang berdiri pada pertengahan abad IX dengan raja pertamanya yang bernama Alauddin Syah. Hal ini didasarkan pada naskah tua, Izhharul Haq yang ditulis oleh al-Fashi. Akibat dari para pedagang yang mengalihkan kegiatannya ke Samudera Pasai Kerajaan Perlak mengalami kemunduran pada akhir abad XIII.

b. Samudera Pasai
Kerajaan Samudera Pasai terletak di pantai timur Aceh (di sekitar Lhokseumawe) dan berdiri pada abad XIII. Hal ini dibuktikan dengan penemuan batu nisan Sultan Malik as-Saleh yang merupakan raja pertama di Samudera Pasai yang berangka tahun 1297. Sultan Malik as-Saleh memiliki nama asli Marah Silu.

c. Kerajaan Aceh
Raja pertama Kerajaan Aceh adalah Sultan Ibrahim atau Ali Mughayat Syah yang memerintah pada tahun 1514–1528. Puncak kejayaan Kerajaan Aceh terjadi pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda.

d. Kerajaan Demak
Kerajaan Demak merupakan kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa yang berdiri pada tahun 1478. Pendiri Kerajaan Demak adalah Raden Patah. Demak berhasil menjadi kerajaan besar karena letaknya yang strategis dan memiliki hasil pertanian yang melimpah dengan komoditas ekspornya berupa beras. Kemajuan Demak juga tidak dapat dilepaskan dari runtuhnya Kerajaan Majapahit sehingga Demak mendapat dukungan dari kota-kota pantai utara Jawa yang lepas dari kekuasaan Majapahit. Dalam mengendalikan pemerintahan, Raden Patah didampingi oleh Sunan Kalijaga dan Ki Wanapala. Kerajaan Demak mengalami masa kejayaan di bawahpemerintahan Sultan Trenggono. Pada masa pemerintahan Sultan Trenggono, Demak berusaha membendung masuknya Portugis ke Jawa.

e. Kerajaan Mataram Islam
Kerajaan Mataram Islam berdiri pada tahun 1586. Raja-raja yang memerintah Mataram Islam antara lain Sutawijaya, Mas Jolang, dan Sultan Agung. Sutawijaya menjadi Raja Mataram dengan gelar Panembahan Senopati Ing Aloga Sayidin Panatagama. Selama pemerintahan Sutawijaya, Mataram selalu diliputi oleh api peperangan, tetapi pada akhirnya berhasil dipadamkan. Raja terbesar Kerajaan Mataram adalah Sultan Agung Hanyakrakusuma. Usaha-usaha yang dilakukan Sultan Agung adalah sebagai berikut.
1) Penduduk di Jawa yang tergolong padat dipindahkan ke Karawang karena daerah ini mempunyai perladangan dan persawahan yang
luas.
2) Dibentuklah suatu susunan masyarakat yang bersifat feodal atas
dasar masyarakat yang agraris, yaitu terdiri atas pejabat yang diberi tanah garapan.
3) Disusunlah buku-buku filsafat, antara lain Sastra Gending, Niti Sastra, dan Astabrata.

f. Kerajaan Banten
Setelah Fatahillah atau Sunan Gunung Jati berhasil merebut Sunda Kelapa pada tahun 1526, daerah Banten dikembangkan pula sebagai pusat perdagangan dan penyiaran agama Islam. Kerajaan Banten berhasil menjadi kerajaan merdeka setelah melepaskan diri dari Demak. Rajanya yang pertama adalah Sultan Hasanuddin (1552–1570) yang merupakan putra tertua dari Fatahillah. Banten mencapai masa kejayaan di bawah pimpinan Sultan Ageng Tirtayasa (1651–1682). Selama masa pemerintahannya, Sultan Ageng terlibat pertempuran melawan VOC sebanyak tiga kali sehingga membuat repot VOC. Kegigihan Sultan
Ageng justru ditentang oleh putra mahkotanya sendiri yang bernama Sultan Haji. Kesempatan ini dimanfaatkan VOC untuk menggunakan politik adu domba sehingga tidak lama kemudian Sultan Ageng dapat ditangkap dan diasingkan hingga beliau wafat.

G. PENINGGALAN SEJARAH PERADABAN ISLAM.

a. Seni sastra dan Seni tari
Pada masa Iskandar Muda Hamzah Fansuri menulis syair-syair yang berisi ajaran tasawuf,yaitu Syarab al-Asyiqin yang lebih dikenal dengan Syair Perahu, dan Asrar al-Arifin.
Pada zaman pemerintahan Iskandar Tsani (1636-1641),Nuruddin ar-Raniri menulis buku Bustan as-Salatin sebanyak tujuh jilid yang berisikan riwayat para nabi,para khalifah, dan ulama Islam, serta raja-raja .
Syekh Abdurrauf al-Fansuri menerjemahkan Alqulan dengan judul Tarjuman al-Mustafid, dan merupakan tafsir Alquran tertua dalam bahasa Melayu. Di Jawa, Sultan Agung dari Mataram menulis naskah Sastra Gending yang isinya menerangkan hubungan manusia dengan Allah sebagai Sang Pencipta. Kemudian di Makasar, Syekh Yusuf juga menulis buku-buku tasawuf antara lain Safinat an-Najat (Bahtera Keselamatan) dan Tuhfat ar- Rabbaniyah (Kehormatan Tuhan).
Sedangkan dalam bidang seni tari, misalnya dari Aceh ada tari seudati (artinya orang-orang besar) atau tari saman (artinya delapan), karena permainan itu asalnya dilakukan oleh delapan nyanyian yang sebenarnya adalah selawat atau pujian kepada nabi. Di Banten terdapat permainan debus dan di daerah Cirebon terdapat upacara sekaten.

b. Seni Bangunan
1. Mesjid yang merupakan tempat beribadah atau rumah tempat bersembahyang orang-orang Islam. Misalnya Mesjid Aceh, Mesjid Demak, Mesjid Agung Surakarta, Mesjid Agung Yogyakarta, Mesjid Kudus, Mesjid Ampel Surabaya, Mesjid Sunan Giri, Mesjid Sunan Bonang, dan Mesjid Banten. Pada umumnya mesjid-mesjid pada awal penyebaran Islam di Indonesia memiliki ciri-ciri khusus antara lain atap bertingkat dan berbentuk bujur sangkar, ada bangunan serambi, di depan atau disamping terdapat kolam parit berair, memiliki menara, dan pada umumnya terletak di kota menghadap alun-alun.
2. Istana atau keraton, kebanyakan dari istana raja-raja itu sudah tidak ada atau tinggal bekasbekasnya saja. Ada juga beberapa istana yang masih utuh, bahkan sudah dipugar. Adapun istana–istana itu antara lain; Istana Kesultanan Banten, Keraton Solo atau Keraton Surakarta, Keraton Yogyakarta, Paku Alam, Keraton Kasepuhan dan Keraton Kanoman di Cirebon, Istana Sultan Deli, Istana Pagaruyung di Sumatera Barat, Istana Raja Gowa dan Istana Raja Bone di Sulawesi Selatan, Istana Kutai, Istana Sultan Ternate.
3. Makam atau nisan raja-raja Islam banyak kita jumpai sebagai peninggalan sejarah. Makam makam sultan itu sangat indah bentuknya dan terbuat dari bahan-bahan yang mahal bahkan ada yang terbuat dari batu pualam. Adapun makam atau nisan para raja itu antara lain; makam Malik al saleh di Samudera Pasai, makam Maulana Malik Ibrahim di Gresik, makam Sultan Hasanudin di Banten, makam Sultan Agung di Imogiri, makam Sultan Hasanudin di Sulawesi Selatan, makam Sunan Gunung Jati di Cerebon , dan lain-lain.

c. Kaligrafi
Kaligrafi adalah seni menulis indah dengan merangkaikan huruf-huruf Arab, baik berupa ayat-ayat suci Al-Quran ataupun kata-kata mutiara. Kaligrafi ini hiasan yang biasa kita jumpai di dalam sebuah mesjid dan batu nisan.

d. Kebudayaan Islam
1) Upacara Grebeg Maulud
Upacara Grebeg sangat terkenal di lingkungan masyarakat Jawa, terutama Jawa Tengah dan Cirebon.
2) Sistem Kalender Islam
Menjelang tahun ketiga pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab, beliau berusaha membenahi kalender Islam.
4) Aksara
Tersebarnya Islam ke Indonesia membawa pengaruh dalam bidang aksara atau tulisan. Abjad atau huruf-huruf Arab mulai digunakan di Indonesia.